Liputan6.com, Sampang Usai menandaskan sepiring nasi kobal, seorang teman menggambarkan kuliner khas Desa Tambaan, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang, Jawa Timur itu dengan dua kata. "Unik dan murah meriah," kata Sukron, nama teman itu.
Unik, katanya, karena serundeng atau sambal kelapa, salah satu lauk Nasi Kobal, dimasak dengan cara yang tak biasa. Ada pun murah meriah karena untuk menikmati seporsi nasi kobal cukup membayar Rp8 ribu.
Perkenalan dengan kuliner ini, bermula saat kami kelaparan dalam perjalanan malam pulang pergi dari Kabupaten Sumenep menuju Bangkalan.
Sukron pun iseng memposting mimikri di status WhatsAppnya yang menggambarkan bahwa dia sedang kelaparan namun duit pas-pasan.
Ada yang merespon mimikri itu dan menyarankan kami mampir ke warung nasi kobal di sekitaran pantai Camplong. Ada tiga warung nasi kobal di Camplong. Pertama sebelum jembatan Camplong. Kedua sebelum puskesmas dan Polsek.
Sesuai saran temannya Sukron, kami mampir di warung ketiga, Nasi Kobal Ibu Aminah di sekitaran wisataa Pantai Camplong.
Tiba jam 2 dini hari, warung itu masih ramai. Sepeda motor dan mobil berderet depan warung. Kami memesan empat porsi nasi kobal, dua botol air mineral, dua gelas es jeruk dan dua bungkus kerupuk.
"Totalnya 46 ribu. Nasi empat 32 ribu, minum dan kerupuknya 14 ribu," kata Aminah, pemilik warung merinci harga yang harus kami bayar, Sabtu, 29 Juni 2019.
Hikayat Nasi Kobal
Ihwal asal muasal nama kobal terdapat banyak versi. Versi pertama kobal berasal dari nama tali kobalan. Konon karena penjual pertama kuliner ini adalah penjual tali kobalan.
Versi kedua menyebut kobal adalah singkatan dari Korang abelih alias kalau kurang kembali lagi. Aminah menganut aliran versi kedua ini.
Namun semua sepakat, sebelum nasi kobal diakui sebagai kuliner khas kemudian diburu wisatawan, nasi kobal dulunya adalah sangu nelayan melaut.
Sebelum berangkat melaut, nelayan akan membeli beberapa bungkus nasi kobal sebagai bekal.
"Dulu yang beli cuma nelayan, sekarang pembelinya mobilan," tutur Aminah yang berjualan sejak 1993.
Meski murah, nasi kobal termasuk kuliner yang kaya lauk. Tiap porsi, terdiri dari ikang tongkol, teri bumbu kecap, sambal kelapa atau serundeng, tahu bumbu Bali dan sekerat telur dadar.
"Walau lauknya sederhana, Bupati Sampang Jih Isi dan keluarganya sering makan di sini. Wakil Bupati Sumenep juga pernah makan disini. Kodim kalau ada Jendral datang, juga pesan nasi ini," tutur Aminah soal para pejabat yang jadi pelanggannya.
Bukan Serundeng Biasa
Dari sekian banyak lauk dalam seporsi nasi kobal, serundengnya yang paling spesial, sebab dimasak dengan cara tak biasa. Bila biasanya serundeng disangrai diatas tungku kayu atau kompor gas. Maka serundeng nasi kobal disangrai dengan bara tembikar.
Tembikar yang dipakai pun tidak sembarangan. Makiyah, penjual nasi kobal lain misalnya, hanya memakai tembikar dari cobek yang pecah. Tembikar kemudian dipanaskan dalam tungku sampai membara.
Bara itulah yang kemudian dimasukkan ke parutan kelapa yang telah diberi bumbu dalam wajan. Kemudian diaduk-aduk sampai serundeng matang. Bila satu bara tembikar belum cukup membuat matang, ditambah bara terbikar lagi sampai matang.
"Biasanya, satu adonan serundeng, akan matang sempurna dengan empat biji bara termbikar," tutur Makiyah.
Tidak hanya saat memasak, saat serundeng dihangatkan pun pakai bara tembikar. "Kalau dimasak dengan bara, citarasa dan aromanya lebih enak dan awet," ucap dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment