Pages

Tuesday, December 31, 2019

7 Bahan Perawatan Kulit yang Perlu Dihindari saat Hamil

Liputan6.com, Jakarta Kehamilan adalah masa perubahan besar bagi tubuh. Beberapa wanita mengalami gejala yang tidak menyenangkan seiring dengan pertumbuhan perut dan janin. Selain merasa lebih lelah, ibu hamil juga memiliki beberapa perubahan pada kulit. 

Perubahan hormon juga sering terjadi saat kehamilan seperti timbulnya jerawat. Merawat kulit pastinya penting untuk semua orang. Menggunakan produk perawatan kulit menjadi salah satu cara merawat kesehatan kulit. Tapi, saat hamil, tubuh menjadi lebih sensitif terhadap bahan-bahan tertentu.

Penting mengetahui bahan-bahan apa saja yang aman dalam produk perawatan kulit selama kehamilan. Ini karena beberapa bahan kimia bisa diserap kulit dan masuk ke peredaran darah yang kemudian memengaruhi perkembangan janin. Berikut bahan-bahan perawatan kulit yang perlu dihindari selama masa kehamilan, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa(31/12/2019).

Hydroquinone

produk skin care
ilustrasi produk skin care (sumber: iStockphoto)

Hydroquinone biasa hadir sebagai agen pencerah kulit dalam serum dan krim pencerah. Skin care dengan Hydroquinone digunakan untuk mengobati kondisi seperti bintik-bintik gelap dan melasma.

Hydroquinone adalah salah satu produk yang harus dihindari sampai setelah bayi lahir dan selama menyusui. Dilansir dari Byrdie, enelitian telah menunjukkan bahwa sebanyak 45% dari obat ini diserap ke dalam kulit setelah aplikasi topikal. Bahan kimia ini dapat masuk ke peredaran darah yang dapat membahayakan janin.

Paraben

krim pelembap
Ilustrasi krim pelembap. (Foto: Pexels/ Linda Prebreza)

Paraben terutama digunakan untuk mengawetkan produk, ditemukan dalam banyak produk perawatan mulai dari kulit, wajah, hingga rambut. Bahan ini digunakan sebagai pengawet yang mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya. Namun, menggunakannya secara berlebihan telah dikaitkan dengan kanker payudara serta memengaruhi sistem reproduksi.

Paraben dalam lotion dan pembersih dapat diserap melalui kulit dan memasuki aliran darah. Dilansir dari Whattoexpect, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa paparan bahan kimia ini selama kehamilan dapat meningkatkan risiko peningkatan berat badan bayi yang telah dikaitkan dengan obesitas di masa dewasa.

Meskipun hampir mustahil untuk sepenuhnya menghindari paraben selama kehamilan, masuk akal untuk membatasi penggunaannya. Paraben kerap hadir dengan beberapa nama seperti metilparaben, butylparaben, etylparaben, dan propylparaben.

Phthalates

Alat Make Up
Ilustrasi Foto Alat Make Up (iStockphoto)

Phthalates kerap ditemukan dalam produk dengan wewangian sintetis dan cat kuku. Bahan ini, terutama ditemukan dalam produk kecantikan dan digunakan untuk membantu menstabilkan formula. Dilansir dari Futurity, paparan zat kimia pengubah hormon yang disebut phthalate pada awal kehamilan dikaitkan dengan gangguan pada hormon kehamilan esensial. Selain itu, penelitian menunjukkan paparan ini berdampak buruk pada maskulinisasi alat kelamin bayi laki-laki.

Phthalates juga telah dikaitkan dengan masalah hati, ginjal, paru-paru, dan reproduksi. Cari istilah-istilah yang berakhiran -phthalate untuk menghindari bahan ini.

Retinoid

Makeup Packaging Kemasan Make up
Ilustrasi Foto produk perawatan kulit (iStockphoto)

Retinoid banyak ditemukan dalam produk perawatan kulit anti penuaan dan jerawat. Retinoid telah terbukti dalam penelitian untuk mendorong pergantian sel, menstimulasi kolagen, membantu mengobati jerawat, melembutkan keriput, memudarkan pigmentasi, dan memberi kulit kulit awet muda secara keseluruhan

Meski ampuh mengatasi jerawat, mereka tidak direkomendasikan untuk digunakan selama kehamilan. Faktanya, wanita hamil harus menghindari apa pun dengan turunan vitamin A, seperti Retin A (tretinoin), retinol atau asam retinoat. Ada hubungan yang terbukti antara penggunaan retinoid dan peningkatan risiko cacat lahir untuk bayi yang sedang berkembang.

Salicylic Acid

Ilustrasi pelembab
Ilustrasi krim (sumber: iStockphoto)

Salicylic Acid atau Asam salisilat adalah bagian dari keluarga aspirin. Bahan ini berperan untuk mengurangi kemerahan dan radang kulit. Salicylic acid masih aman digunakan selama masa kehamilan sekali atau dua kali sehari selama kehamilan. Namun, dokter merekomendasikan penggunaan produk yang mengandung asam salisilat tidak lebih kuat dari 2 persen.

Penggunaan produk dengan Salicylic Acid yang berlebihan dapat membahayakan perkembangan janin. Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa mengonsumsi asam salisilat oral selama akhir kehamilan dapat meningkatkan risiko perdarahan intrakranial.

Thioglycolic Acid

Ilustrasi
Ilustrasi lotion. (dok. pexels.com/Raw Pixel)

Thioglycolic Acid atau Asam tioglikolat ditemukan dalam krim pencukur rambut kimia. Zat ini juga kerap tercantum di label dengan nama mercaptan, mercaptoacetate, mercaptoacetic acid dan thiovanic acid.

Meskipun tidak ada penelitian tentang efek yang dimiliki bahan kimia ini pada janin, penggunaan bahan ini sangat dibatasi di Eropa. Asam tioglikolat bereaksi secara kimiawi dengan ikatan disulfida pada rambut. Karena bahan-bahan ini cukup agresif untuk bereaksi secara kimia, ini berpotensi menganggu kesehatan selama kehamilan.

Sunscreen kimia

[Fimela] Sunscreen
Ilustrasi sunscreen | pexels.com/@moose-photos-170195

Penting untuk memiliki jenis formula tabir surya yang tepat saat kehamilan. Bahan kimia dalam tabir surya seperti Avobenzone, homosalate, octisalate, octocrylene, oxybenzone, oxtinoxate, menthyl anthranilate, dan oxtocrylene perlu dibatasi penggunaannya. Bahan ini dapat diserap ke dalam aliran darah dan telah dikaitkan dengan potensi komplikasi kehamilan dan cacat lahir.

Sebagai gantinya coba untuk menggunakan tabir surya dengan bahan titanium dioksida atau seng oksida. Bahan ini jauh lebih aman untuk kulit.

Lanjutkan Membaca ↓

Let's block ads! (Why?)

https://m.liputan6.com/hot/read/4145761/7-bahan-perawatan-kulit-yang-perlu-dihindari-saat-hamil

No comments:

Post a Comment