Liputan6.com, Blora - Penampakan cahaya matahari yang tak biasa di langit Blora, Jawa Tengah, membuat heboh masyarakat setempat. Wawan Supriyanto (28), merupakan orang yang pertama kali mengunggah penampakan matahari langka tersebut ke media sosial. Warga Desa Karangtalun, Banjarejo itu mengaku sempat mengaitkan bentuk matahari yang aneh itu dengan hal-hal mistis.
"Itu tadi saya share ke Facebook, ramai ditanggapi warganet. Dan setelah saya pelajari, ternyata fenomena halo matahari namanya," ungkap Wawan.
Ketua tim reaksi cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora, Agung Tri menjelaskan, fenomena halo matahari merupakan fenomena alam yang biasa terjadi, dan tak perlu dihubung-hubungkan dengan hal mistis apalagi bencana alam.
Menurut penjelasannya, halo matahari merupakan fenomena optis berupa lingkaran cahaya di sekitar matahari dikarenakan ada pembiasan sinar matahari oleh awan lapisan tinggi.
"Awan yang membiaskan sinar matahari itu biasa disebut awan tipis cirrus yang berada pada ketinggian sekitar 6.000 meter dari permukaan bumi," ujar Agung Tri kepada Liputan6.com, Selasa (1/10/2019).
Cukup tingginya awan cirrus, lanjut dia, membentuk partikel yang sangat dingin dan biasanya berwujud kristal es. Awan cirrus yang sangat dingin inilah yang membiaskan cahaya matahari sehingga membentuk seperti cincin yang melingkari matahari.
"Fenomena ini adalah peristiwa biasa seperti halnya pelangi dan bukan pertanda bencana, seperti gempa atau lainnya," jelasnya.
Jangan Percaya Mitos Menyesatkan
Agung Tri mengungkapkan, warga tidak perlu panik atau terpengaruh dengan mitos atau informasi yang bisa menyesatkan terkait fenomena itu jika ke depan muncul kembali di langit Blora.
"Jangan terpengaruh dengan mitos atau informasi yang menyesatkan. Kalau sudah beberapa saat setelah matahari bersinar, partikel air yang super dingin di awan cirrus, dengan sendirinya fenomena itu akan hilang," katanya.
Agung Tri menambahkan, fenomena halo matahari jarang muncul di daerah tropis. Biasanya, kata dia, halo matahari sering muncul di belahan bumi lain seperti di Eropa.
"Halo, biasanya berbentuk lingkaran penuh dengan bagian pinggir berbingkai warna pelangi, juga bisa berwujud setengah lingkaran dengan pusat pada cahaya matahari," jelasnya.
Jika ingin melihat halo matahari, warga diimbau untuk menggunakan alat guna melindungi kedua mata dari pancaran sinar matahari langsung.
"Khusus bagi mereka yang ingin mengambil gambar halo dengan kamera SLR, sebaiknya tidak langsung membidik ke arah matahari. Sebab, cahaya matahari akan masuk ke dalam lensa fokus dan dapat merusak retina mata," katanya.
No comments:
Post a Comment