Liputan6.com, Blora - Nasib Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kristen 1 Kabupaten Blora memprihatinkan. Semenjak aturan sistem zonasi diterapkan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online, sekolah tersebut hampir tidak memiliki siswa baru.
Kepala Sekolah SMP Kristen 1 Blora, Kustiyah mengemukakan, sebelum adanya sistem zonasi, setidaknya ada 20 calon murid yang mendaftar. Kini, hanya 2 murid yang mendaftar, sebelumnya atau tahun kemaren 6 murid.
"Sedih dengan adanya pelaksaanaan zonasi ini, karena memberikan dampak pada sekolah-sekolah swasta lain yang semula dengan PPDB tanpa zonasi kami masih bisa mencari murid ke beberapa sekolah dan ke beberapa siswa," ungkapnya kepada Liputan6.com, Sabtu (29/6/2019).
Setelah adanya sistem zonasi, siswa seakan beranggapan berapapun nilai mereka itu pasti dalam radius tertentu akan diterima di sekolah negeri.
"Itulah sebabnya kami benar-benar merasakan dampak dari pelaksaanaan zonasi di Kabupaten Blora," ungkapnya.
Lebih-lebih zonasi dibuka 2 tahap, yakni tanggal 27, 28 Juni kemarin. Artinya, lanjut dia, sekolah-sekolah yang mungkin belum mendapatkan jumlah siswa yang sesuai kuota, sekolah itu masih menerima anak-anak yang tidak diterima di zonasi tahap 1 (satu).
"Ini juga berdampak sekali di sekolah kami, kalau saya berkoordinasi dengan teman-teman di sekolah swasta Blora lainnya itu mengalami nasib yang sama," katanya.
Pernah Miliki Ribuan Murid
Menurut penuturan Kustiah, SMP Kristen 1 Blora adalah sekolah tertua di Kabupaten Blora, berdiri sejak 1950. Di era 70-an SMP Kristen 1 Blora merupakan sekolah favorit di Kabupaten Blora. Di masa itu, muridnya sekitar lebih dari seribuan. Bahkan, kata dia, sampai dibuka SMP Kristen 1 Blora pagi dan SMP Kristen 1 Blora siang.
"Dulu pernah juga mantan menteri pak Harmoko sekolah disini, sampai kelas 2 saja. Dan sesudah itu beliau pindah mengikuti orang tua ke Jakarta," katanya.
"Angkatan sebelum saya. Saya kan alumni sini juga di tahun 1971, jadi sebelum tahun 71 pak harmoko pernah sekolah disini," imbuhnya.
SMP Kristen 1 Blora pernah mendapat hadiah dari mantan menteri harmoko pada tahun 1983. Waktu berkunjung kesini, lanjut Kustiyah, Sekolahan diberi hadiah headset, Amplifier, Tape recorder untuk awal pembuatan laboratorium bahasa.
"Karena kami punya perlengkapan headset, Amplifier, Tape recorder, lalu sekolah mengajukan bantuan dan dapat proyek. Dan akhirnya terjadilah laboratorium bahasa yang sampai sekarang berfungsi dengan baik," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment