Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) prediksi inflasi Juni 2019 akan berada di kisaran 0,45 persen. Prediksi ini berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) yang dilakukan Bank Indonesia (BI).
"Jadi SPH di Minggu terakhir, inflasi di 0,45 persen itu month to month. 3,21 persen year on year," kata Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, di Gedung BI, Jakarta, Jumat (28/6/2019).
Dia menuturkan, hal tersebut menunjukkan kinerja inflasi masih terjaga rendah. Selain itu, juga menunjukkan daya beli masyarakat yang terjaga.
"Artinya tetap terjaga daya beli masyarakat, inflasinya juga cukup rendah," urai dia.
Sama seperti Mei, inflasi Juni masih didorong oleh komoditas pokok, seperti cabai dan tarif angkutan dalam kota. Meskipun demikian pada bulan Juni ada terjadi penurunan harga di dua penyumbang inflasi tersebut.
"Beberapa penyebab inflasi masih terbawa dari bulan kemarin, seperti cabai, angkutan dalam kota, tetapi semuanya ke arah tren yang menurun," ujar dia.
"Bank Indonesia cukup optimistis inflasi sampai akhir tahun akan masuk dalam range kita dan di bawah mid target kita 3,5 persen," tandas Dody.
Bank Indonesia (BI) menargetkan inflasi 3,5 persen plus minus satu persen pada 2019.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Survei BI: Inflasi Juni Turun Jadi 0,53 Persen
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada Juni berada pada kisaran 0,53 persen. Angka ini menurun sedikit dibanding inflasi Mei yang sebesar 0,68 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan prediksi mengacu pada survei pemantauan harga (SPH) mingguan yang rutin dilakukan BI.
"Mengenai inflasi pada bulan Juni pemantauan kami SPH sampai dengan minggu ketiga kita perkirakan pada bulan Juni ini inflasinya turun menjadi 0,53 month to month (mtm)," kata dia, saat ditemui di mesjid BI, Jakarta, Jumat, 21 Juni 2019.
Dengan demikian, secara tahunan (year on year) inflasi pada Juni berada pada angka 3,26 persen. Penyumbang inflasi minggu ketiga tidak jauh berbeda dengan dua minggu sebelumnya. Yaitu bahan makanan dan transportasi angkutan umum antar kota.
"Banyak berkaitan dengan Idul Fitri ya, masih cabai merah, tarif angkutan antar kota juga daging ayam dan juga beberapa bahan makanan," ujarnya.
Akan tetapi, pada minggu ketiga kali ini bawang putih mengalami penurunan harga sehingga tidak ikut menjadi penyumbang inflasi.
"Tapi kalau kita lihat bawang putih sudah menurun ya, tempo hari agak naik sekarang sudah turun ya," dia menandaskan.
Inflasi Mei Dapat Jadi Tanda Ekonomi Meningkat
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi Mei 2019 sebesar 0,68 persen. Angka ini memang lebih tinggi dari perkiraan ekonom. Hanya saja hal itu tidak perlu dikhawatirkan.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Ryan Kiryanto mengatakan laju inflasi pada Mei ini justru bisa menjadi indikasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II ini lebih baik.
Ia menuturkan, lonjakan inflasi Mei 0,68 persen menyiratkan geliat ekonomi yang tinggi dari sisi konsumsi rumah tangga. Tercermin dari lonjakan harga kelompok bahan makanan, makanan jadi serta transportasi dan komunikasi jelang Lebaran.
"Hal ini berefek positif ke pertumbuhan ekonomi (PDB) triwulan kedua yang diperkirakan sebesar 5,15-5,25 persen (YoY)," kata dia kepada Liputan6.com, seperti ditulis Minggu, 16 Juni 2019.
Laju inflasi Mei tersebut, kata Ryan, hal itu terjadi secara musiman jelang Lebaran yang permintaan konsumsi masyarakat melonjak terutama terhadap bahan makanan; makanan jadi, rokok dan tembakau; serta transportasi dan komunikasi, dibarengi dengan lonjakan harga sekaligus.
Selain itu, secara umum, arah laju inflasi bulanan yang 0,68 persen, inflasi year to date yang 1,48 persen maupun tahunan (yoy) yang 3,32 persen masih sesuai kisaran.
"Diharapkan inflasi sepanjang tahun ini berkisar 3,2-3,3 persen yoy sesuai dengan jangkar yaitu 3,5 plus minus 1 persen," pungkas dia.
No comments:
Post a Comment