Liputan6.com, Mataram - Suatu pagi, saat perahu kayu lepas jangkar dari pantai berpasir putih Tanjung An, Lombok Tengah, rasa penasaran semakin besar. Rasa penasaran pada tiga kata, yakni, Pantai Batu Payung. Dengan mengikuti gelombang lembut perairan itu, mata wisatawan tidak lelah-lelahnya melihat ke kiri dan kanan perpaduan alam antara bukit berumput hijau, pasir putih dan beningnya air laut.
Beningnya air laut selaksa perahu yang ditumpangi penumpang berada di atas kaca aquarium. Benar-benar membuat nyaman perasaan hati. Sesekali terlihat, beberapa wisatawan asing yang mencoba beradu keahlian memainkan papan surfing.
Paling tidak memakan waktu sekitar 10 menit, dengan mengikuti gelombang yang mengarah ke sisi kiri perbukitan Pantai Tanjung An tersebut. Dari kejauhan batu besar menjulang tinggi terlihat dengan jelas.
Hingga akhirnya perahu berlabuh di atas pasir putih, wisatawanpun langsung disapa dengan keindahan batu yang berukuran besar itu yang dipahat oleh alam secara terus menerus. Secara sekilas, bagian atas batu itu seperti wajah dengan adanya hidung, mata dan mulut.
Wisatawan bisa mengambil spot mana saja untuk berswafoto dan dijamin akan "jadi" fotonya. Di sisi kanan Batu Payung terlihat gelombang ombak dari Samudera Hindia seolah-olah ingin menyapa semua orang yang berwisata ke daerah tersebut.
Pecahan gelombang itu menerpa pada batu-batu karang di kaki Batu Payung itu. Tepat di seberangnya berdiri sebuah gundukan batu yang dikenal oleh warga sebagai Bukit Kura-Kura. Mungkin karena bentuknya yang seperti kura-kura.
Dijamin seratus persen, wisatawan akan takjub dengan pemandangan ciptaan sang penguasa alam semesta Allah SWT. Pahatan batu payung itu bukan buatan tangan manusia melainkan buatan alam yang membentuk ukiran tersendiri.
"Biasanya kalau laut pasang, kita tidak bisa berdiri di bawah Batu Payung," sambut Hasan, salah seorang pedagang kelapa muda di objek wisata bahari itu.
Memang disebut beruntung, ombak terhitung masih bersahabat hingga wisatawan pun bisa berswafoto tepat di bawah Batu Payung.
"Kebanyakan wisatawan yang datang ke sini berasal dari Eropa. Mereka selain berkunjung ke Batu Payung, bermain surfing juga. Jadi satu paket," katanya.
Hasan beserta rekan-rekannya menjual kelapa muda hijau kepada wisatawan dengan harga Rp 20 ribu per butir. Lumayan untuk menyegarkan tenggorokan setelah terpana melihat panorama alam Lombok yang cantik itu.
https://www.liputan6.com/regional/read/3930149/janji-pagi-di-pantai-batu-payung
No comments:
Post a Comment