Liputan6.com, Washington DC - Trump melayangkan pernyataan yang merendahkan badan intelijen AS, pasa Selasa 30 Januari 2019. Ia tidak mempercayai laporan ancaman dunia (Worldwide Threat Assessment Report) yang dipaparkan di muka Senat.
Presiden nyentrik itu menulis dalam akun Twitter pribadinya, bahwa Amerika Serikat harus berhati-hati dengan Iran. Hal itu merujuk pada ketidakpercayaannya jika Iran tidak memproduksi senjata nuklir.
"Hati-hati dengan Iran karena sumber bahaya dan konflik. Mereka menguji roket minggu lalu. ... Mungkin Badan Intelijen harus kembali bersekolah," tulisnya, dikutip dari BBC News pada Kamis (31/1/2019).
....a source of potential danger and conflict. They are testing Rockets (last week) and more, and are coming very close to the edge. There economy is now crashing, which is the only thing holding them back. Be careful of Iran. Perhaps Intelligence should go back to school!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 30, 2019
Dalam laporan intelijen disebutkan bahwa Iran yang selama ini dirasa menjadi ancaman besar bagi AS, ternyata tidak sedang memproduksi senjata nuklir. Laporan yang sama memberikan gambaran bahwa Korea Utara (Korut) masih menyimpan senjata pemusnah massal dari uranium.
Sebagaimana diketahui bahwa Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran, pada tahun lalu. Selain itu, di pertengahan tahun yang sama ia bertemu dengan Kim Jong-un guna membahas denuklirisasi Semenanjung Korea.
Donald Trump sering kali mengklaim keberhasilannya bernegosiasi dengan Jong-un, dan menyatakan bahwa pertemuan itu telah mengakhiri ancaman nuklir Korea Utara --khususnya bagi kawasan Asia Timur. Pernyataan itu mendatangkan tanda tanya besar bagi anggota parlemen, tak terkecuali para politisi dan ahli di AS.
Laporan Badan Intelijen Selasa kemarin setidaknya membantah dua klaim Trump selama ini, yakni keberhasilan denuklirisasi Korut dan ISIS yang telah dikalahkan.
Saksikan video pilihan berikut:
Intelijen Terlalu Naif
Dalam beberapa cuitan lain, Trump mengatakan bahwa badan intelijen terlalu naif dan pasif melihat ancaman Iran.
The Intelligence people seem to be extremely passive and naive when it comes to the dangers of Iran. They are wrong! When I became President Iran was making trouble all over the Middle East, and beyond. Since ending the terrible Iran Nuclear Deal, they are MUCH different, but....
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 30, 2019
Ia sendiri melihat Iran sebagai negara yang selalu membuat ulah. Trump juga mengklaim prestasi besarnya. Ia katakan bahwa Tehran saat ini memang jauh lebih baik, namun itu berkat AS menarik diri dari kesepakatan nuklir.
Padahal laporan Direktur CIA mengatakan bahwa secara teknis Iran memang patuh terhadap kesepakatan nuklir, meskipun AS menarik diri.
Presiden yang mengalahkan Hillary Clinton itu melihat uji coba roket Iran sebagai ancaman.
Kali ini, cuitan Trump sedikit sesuai dengan laporan, meskipun tidak serta merta akan terjadi dalam waktu dekat.
Sebelumnya, intelijen memang mengingatkan bahwa ambisi Iran untuk mendominasi kawasan Timur Tengah dapat membahayakan kepentingan AS di masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment