Liputan6.com, Garut - Berada jauh di perbatasan Kabupaten Garut-Tasikmalaya, bagian selatan, keberadaan radio Panca Jaya Swara FM di pelosok desa Pancasura, Kecamatan Singajaya, Garut, Jawa Barat memang sangat krusial dalam menyebarkan informasi dan hiburan bagi warga saat ini.
Bahkan, dalam pelaksaan program nasional Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD), salah satu radio amatir pertama di wilayah itu, cukup efektif menyampaikan setiap perkembangan program tersebut.
"Frekuensi jaringan kami ada di 95,5 FM," ujar pemilik radio Panca Jaya Swara FM Saepuloh A Ridho, membuka pembicaraannya dengan Liputan6.com, Kamis (1/11/2018).
Menurut Saepuloh, keberadaan Radio Panca, diharapkan mampu memberikan informasi terkini kepada masyarakat mengenai berbagai hal, mulai pembangunan pemerintah, hingga informasi terkini yang tengah beredar di masyarakat.
"Kami juga jadikan radio ini untuk aspirasi, kritikan masyarakat khususnya dari wilayah Garut Selatan," ujar dia yang merangkap sebagai Kepala Desa Pancasura tersebut.
Berada jauh di pelosok, keberadaan radio bagi warga desa Pancasura, memang cukup berarti, terutama dalam menyampaikan aspirasi untuk kemajuan pembangunan desa mereka. "Lebih terasa dan bisa langsung didengar warga," ujar KH Aab Syihabuddin, salah satu tokoh masyarakat Pancasura.
Meskipun terbilang baru, tetapi tercatat daya jelajah radio itu sudah mampu menjangkau hingga 11 kecamatan di wilayah Garut Selatan. "Batas akhir ke jalur Garut sampai Kecamatan Cisurupan, kalau ke wilayah timur hingga Kecamatan Cipatujah, Tasikmalaya," kata Saepuloh menambahkan.
Bermodalkan sedikit informasi mengenai media, ia tidak gentar menjalankan usaha di bidang media informasi itu. Sebuah pemancar radio berdiri tegak di sebuah kantor penyiaran yang berada di belakang pemilik radio tersebut. Sedangkan, sebuah bale-bale lengkap dengan bagan rencana penyiaran, tempat menerima keluhan warga, tersedia cukup leluasa.
Menurutnya, kebutuhan informasi masyarakat, harus mampu dijawab dengan ketersediaan alat yang mumpuni. "Pokoknya yang penting mengudara dulu, sebab kebutuhannya cukup tinggi," kata dia.
Awalnya ruang dapur siaran yang tidak lebih dari ukuran 3x3 meter di salah satu kamar depan rumah. Namun, seiring meningkatnya frekuensi penyiaran, akhirnya radio pindah ke belakang rumah.
Ruang tersebut diubahnya menjadi ruang kreasi penuh ide. Tak heran dengan keterbatasannya itu, radio tersebut mampu menghasilkan ragam acara hiburan menarik buat warga.
Sebut saja Inspektorat atau informasi seputar kita dan masyarakat, kemudian Muspika, musik pilhan Indonesia kasohor, KPK kawih panglipur kalbu, Muspida musik pilihan dari agama, hingga ADD asyiknya dendang dangdut, "Biasanya kami mulai siaran dari pukul 10.00 pagi hingga jam 12.00 malam," dia menambahkan.
https://www.liputan6.com/regional/read/3681812/sepak-terjang-radio-rumahan-jadi-corong-tni-bangun-desa-terpencil
No comments:
Post a Comment