Sementara itu, Ketua Paguyuban Mitra Produksi Sigaret Indonesia, Djoko Wahyudi menambahkan, industri hasil tembakau sudah terbebani oleh kenaikan tarif cukai rokok di atas inflasi sehingga mengalami stagnansi sejak 2014.
"Bahkan, sejak tahun 2016, industri yang menjadi tumpuan enam juta orang ini telah mengalami penurunan sebesar 1-2 persen," tutur Djoko.
Secara terpisah, Ketua Umum FSP RTMM-SPSI Sudarto menyampaikan, akibat kenaikan tarif cukai yang cukup tinggi di atas inflasi, maka dalam delapan tahun terakhir, banyak pekerja rokok yang terpaksa dirumahkan atau PHK.
PP FSP RTMM-SPSI mencatat, pada 2010 lalu, jumlah pekerja yang tergabung dalam organisasinya sebanyak 235.240. Lima tahun kemudian atau pada 2015, jumlah anggotanya turun menjadi 209.320 orang.
Penurunan terus terjadi pada 2017 lalu, menjadi hanya 178.624 orang. Itu artinya, selama delapan tahun terakhir, pekerja rokok yang kehilangan pekerjaan sebanyak 56.616 orang.
"Maka itu, kami berharap yang terhormat Bapak Soekarwo selaku Gubernur Jawa Timur dapat membantu menyuarakan suara kami kepada pemerintah pusat," ujar Sudarto menambahkan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment