Liputan6.com, Jakarta - Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome yang disingkat AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV (atau yang mirip yang menyerang spesies lainnya seperti SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus yang disingkat HIV, yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV/AIDS masih menjadi momok. Perhatian terhadap virus tersebut memuncak pada 1980, dan hingga kini telah menginfeksi hampir 75 juta orang di dunia.
Sudah lama diketahui, virus tersebut punya sejarah yang lebih panjang di Afrika, namun, di mana pandemi bermula masih menjadi perdebatan sengit. Untuk menguak misteri tersebut, tim internasional mencoba untuk merekonstruksi genetika HIV.
Langkah tersebut juga dilakukan guna mencari tahu di mana nenek moyang tertua virus itu pada manusia berasal.
Temuan dalam bidang arkeologi virus digunakan untuk menemukan asal pandemi. Demikian laporan tim dalam jurnal Science. Para ahli menggunakan arsip sampel kode genetik HIV untuk melacak sumbernya.
Dan ternyata, asal usul pandemi terlacak dari tahun 1920-an di Kota Kinshasa yang kini menjadi bagian dari Republik Demokratik Kongo.
Laporan mereka menyebut, perdagangan seks yang merajalela, pertumbuhan populasi yang cepat, dan jarum tak steril yang digunakan di klinik-klinik diduga menyebarkan virus tersebut. Menciptakan kondisi 'badai yang sempurna'.
Sementara itu, rel kereta yang dibangun dengan dukungan Belgia -- di mana 1 juta orang melintasi kota tiap tahunnya -- membawa virus HIV ke wilayah sekitarnya. Lalu ke dunia.
Tim ilmuwan dari University of Oxford dan University of Leuven, Belgia mencoba merekonstruksi 'pohon keluarga' HIV dan menemukan asal muasal nenek moyang virus itu.
"Anda bisa melihat jejak sejarahnya dalam genom saat ini -- data yang terekam, tanda mutasi dalam genom HIV tidak bisa dihapus," kata Profesor Oliver Pybus dari University of Oxford, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (1/12/2018).
Dengan membaca tanda mutasi tersebut, tim bisa menyusun kembali pohon keluarga dan melacak akar HIV/AIDS.
Saksikan juga video berikut ini:
No comments:
Post a Comment