Pages

Monday, October 29, 2018

Inilah 12 Profil Penerima Apresiasi ASTRA 9th SATU Indonesia Award 2018, Mana Favorit Anda?

Liputan6.com, Jakarta Momen Sumpah Pemuda yang dirumuskan tanggal 28 Oktober 1928 menjadi tonggak bagi para pemuda bangsa untuk senantiasa berkomitmen membangun bangsa.

Kini, para pemuda dengan caranya sendiri senantiasa berusaha membawa perubahan lebih baik kepada lingkungan sekitar. Karena hal itulah PT Astra International Tbk berlandaskan semangat Sumpah Pemuda mempersembahkan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2018 dikhususkan kepada generasi muda yang tak kenal lelah memberi manfaat bagi masyarakat di seluruh penjuru tanah air. 

Apresiasi diberikan kepada lima anak bangsa atas setiap perjuangan di bidang: Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Kesehatan, Teknologi, dan satu Kelompok yang mewakili lima kategori tersebut. Siapa saja kedua belas pemuda tersebut dan prestasi apa yang mereka buat sehingga layak menjadi finalis SATU Indonesia Award 2018? Simak ulasan di bawah ini.

Kategori Kelompok & Kategori Kesehatan

Kategori Kelompok

Nodeflux: Pengembang Teknologi Artificial Intelligence

Nodeflux merupakan perusahaan yang didirikan Meidy Fitranto dan Faris Rahman, start-up ini fokus pada pengembangan teknologi Intelligent Video Analytics yang nantinya dapat dipergunakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan sehari-hari yang mampu bersaing dengan perusahaan teknologi negara berkembang lainnya.

Nodeflux berinovasi di bidang teknologi tepat guna yang menjalin kerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta melalui program Jakarta Smart City. Teknologi yang dibuat Nodeflux kini bisa digunakan untuk pengawasan pelanggaran lalu lintas, menghitung volume kepadatan kendaraan bermotor yang melintas, deteksi parkir liar, deteksi banjir di pintu air, deteksi kepadatan sampah di sungai, dan pengawasan sarana publik.

Sekolah Terapung: Kelompok Pembangkit Semangat Anak Pulau

Dari sebuah obrolan kecil, setelah kembali dari Amerika menyelesaikan program pertukaran pelajar, Rahmat Hidayat, Nur Al Marwah Asrul (Nunu), dan Rahmiana Rahman (Rahmi) tidak menyangka niatnya memberikan perhatian kepada pelajar yang kurang beruntung di Indonesia bisa terwujud. mereka mendirikan The Floating School atau Sekolah Terapung di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan.

Setiap akhir pekan, sejak 2016 akhir, Rahmat dan kawan-kawannya berkunjung ke tiga pulau di Kabupaten itu menggunakan kapal nelayan setempat. Mereka mengajarkan anak-anak pulau berbagai keahlian seperti fotografi, menari, melukis, dan menulis. Rahmat dan kawan-kawannya pun mencoba membangkitkan semangat belajar bahasa asing anak-anak itu dengan mendatangkan 20an orang asing dari Amerika Serikat dan Singapura untuk berbagi ilmu bersama.

Kategori Kesehatan

Nordianto: Menekan pernikahan dini & melahirkan relawan

Lewat kegiatan GenRengers Educamp yang ia gagas pada 2016, Nordianto melahirkan relawan yang peduli dan paham soal isu-isu kesehatan khususnya pernikahan usia dini dan pola pergaulan remaja. GenRengers Educamp sudah melibatkan 24 kabupaten kota dan lima provinsi hingga 2017. Hingga kini ada sekitar 20 tenaga relawan inti yang tergabung dalam tim inti GenRengers Educamp. Harapannya, dari setiap educamp yang dihelat, akan selalu lahir relawan baru untuk mengambil peran menekan tingginya angka perkawinan dini di daerah asal mereka.

Shulhan Rumaru: Relawan penolong warga pelosok

Meninggalnya seorang warga Desa Suru karena keterlambatan deteksi dini penyakit hepatitis karena keterbatasan fasilitas kesehatan menjadi alasan Shulhan Rumaru mendirikan komunitas Klinik Apung. Shulhan dan para relawan di komunitas ini memberikan beragam penyuluhan kesehatan mulai dari cara mencuci tangan, sikat gigi, hingga senam hipertensi. Usahanya pun tidaklah mudah, karena untuk masuk ke pelosok Seram, ia dan para relawan harus menempuh perjalanan sampai 15 jam lewat jalur darat.

Ia bersyukur kegiatan yang dimulai pada tahun 2016 ini bisa terus berjalan berkat kegigihan dan semangat dari seluruh relawan serta bantuan dana dari para donatur dan relawan. Para warga, khususnya di Desa Cemara pun kini lebih mengetahui cara hidup sehat dan bisa mendapat pertolongan medis saat sakit.

Kategori Lingkungan & Kategori Kewirausahaan

Kategori Lingkungan

Mohammad Hanif Wicaksono: Pembudidaya Tanaman Buah Langka

Berprofesi sebagai penyuluh Keluarga Berencana membuat Mohamad Hanif Wicaksono banyak menghabiskan waktunya sebagai pembudidaya tanaman buah langka khas Kalimantan lewat Tunas Meratus. Sudah enam tahun ia keluar masuk hutan-hutan di wilayah Kalimantan Selatan untuk mencari bibit tanaman buah langka yang akan dibudidayakan.

Hanif resah karena tanaman buah khas Kalimantan yang makin langka karena laju deforestasi yang tinggi. Hanif bergerak menyelamatkan kekayaan hayati tersebut  sendiri dengan modal seadanya dan belajar otodidak. Saat ini Hanif sudah menemukan 160 jenis bibit tanaman buah langka khas Kalimantan. Hasil pencariannya itu pun ia dokumentasikan dengan baik dalam bentuk buku agar masyarakat juga bisa mengenal kekayaan plasma nutfah Indonesia itu.

Franly Aprilano Oley: Si Penjaga Hutan

Kampung Merabu, adalah desa wisata yang terletak di pedalaman Berau, sebuah kabupaten di Kalimantan Timur. Franly Aprilano Oley, pemuda berusia 29 tahun gigih memperjuangkan hak pengelolaan hutan lindung ke tangan warga Merabu melalui skema hutan desa, dan meyakinkan warganya untuk mengelola segenap potensi hutan desa seluas 8.245 hektare itu menjadi desa wisata, supaya warga makmur, tanpa mencederai kelestarian hayati yang dimiliki.

Kegigihan Franly berbuah manis. Kampung Merabu kini tidak lagi identik dengan ketertinggalan, kebodohan, dan kemiskinan. Berkat desa wisata yang dikembangkan itulah, warga Merabu menjadi sejahtera, pembangunan terjadi - meski tak terlampau progresif demi menjaga kelestarian hutan, dan hutan tetap terjaga seperti adanya.

Kategori Kewirausahaan

Narman: Pembuka Cakrawala Baduy

Narman prihatin karena kerajinan yang dibuat keluarga dan tetangganya sebagai warga adat suku Baduy luar sulit terjual karena hanya menunggu datangnya wisatawan. Ia pun kemudian mempelajari secara otodidak bagaimana cara menggunakan internet dan membuat situs web. Dari situ, Narman mulai menjual berbagai kerajinan khas Baduy secara online lewat Baduy Craft. Namun, hal tersebut tak sederhana karena adanya aturan adat yang melarang penggunaan teknologi bagi warga adat.

Upaya Narman akhirnya direstui dengan adanya bukti makin meningkatnya pendapatan para pengrajin Baduy. Kini ada ratusan pengrajin Baduy yang menjual kerajinannya lewat Narman. Kini, setiap bulan, omzetnya bisa mencapai Rp 50 juta.

Yulismita: Olahan Asam Kandis dan Gelugur Khas Sijunjung

Yulismita bersama komunitas Lokal Biodiversity telah mendorong warga Kabupaten Sijunjung untuk berwirausaha dengan mengolah tanaman asam kandis dan asam gelugur. Pada awal 2015, Yulismita dibantu kelompok tani yang masih saudaranya dalam komunitas Lokal Bioversity mencoba untuk membuat minuman herbal ini menjadi teh, kemudian mengenalkannya sekaligus mengajarkan warga untuk mengolahnya sebagai teh herbal yang diberi nama Garci Tea.

Warga pun mulai ikut menanam hingga saat ini sudah ada 10.000 batang yang ditanam di Desa Nagari Latang. Sebanyak 48 perempuan desa juga terlibat dalam pengolahan teh herbal Garci Tea yang dikelola Yulismita dengan tambahan penghasilan 900 ribu hingga 1,5 juta per bulan, sekaligus bisa melestarikan tanaman asam kandis dan asam gelugur.

Kategori Pendidikan & Kategori Teknologi

Kategori Pendidikan

Heidi Kristian Repi: Wujudkan Mimpi Sekolah Gratis di Minahasa

Heidi Kristian Repi adalah penggagas Sekolah Menengah Kejuruan Nusantara di Kota Manado, Sulawesi Utara yang sempat mati suri sejak 2013. Heidi mendirikan kembali dengan memberikan pelayan pendidikan secara cuma-cuma. Dari awalnya hanya 17 peserta didik pada 2015, saat ini jumlah muridnya sudah mencapai 67 orang. Ia pun sudah meluluskan 15 orang angkatan pertama yang dua di antaranya melanjutkan ke perguruan tinggi dan juga langsung bekerja di industri.

Surya Dharma: Pejuang Pendidikan Wajib Belajar 12 Tahun

Sekolah hingga lulus jenjang Sekolah Menengah Atas bukan prioritas masyarakat di wilayah tempat tinggal Surya Dharma, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Dengan niat mengedepankan pendidikan hingga lulus SMA, Surya Dharma pun membuat kelas belajar informal bagi siapapun yang hendak ikut menyelesaikan studinya belajar hingga 12 tahun dan mengambil Paket C.

Program dengan nama 'Tuntas Belajar 12 Tahun' ini ia dirikan bersama sang istri yang juga berlatar belakang guru seperti dirinya. Sejauh ini kelas yang diadakan sekali sepekan ini sudah diikuti 150 orang dari yang jumlah awalnya 10 orang saja.

Kategori Teknologi

Badri: Pengusir Siput dari Pelepah Tembakau

Hama siput menjadi salah satu persoalan bagi para petani Desa Pohgading Timur, Pringgabaya, Lombok Timur, karena dapat membuat mereka gagal panen. Dari siut Badri memiliki ide untuk menciptakan Serbuk Anti Siput ASA (SASA) yang telah ia kembangkan sejak 2016. Produk ini dibuat dengan memanfaatkan pelepah tanaman tembakau yang banyak menumpuk menjadi sampah di desanya.

Kini, SASA yang diproduksi oleh Badri bersama ASA Community telah sukses membuat tanaman para petani bebas dari hama siput, sekaligus menekan biaya produksi

Azza Aprisaufa: Memberdayakan Sarjana Lewat Aplikasi

Meningkatnya nilai kopi Gayo dalam dua dekade terakhir membuat masyarakat Aceh Tengah dan Bener Meriah penghasil kopi Gayo, sanggup menyekolahkan anak mereka sampai pascasarjana dengan biaya sendiri. Namun, serapan tenaga kerja di dua daerah itu tak sebanding dengan jumlah lulusan.

Melihat kondisi ini, Azza Aprisaufa membuat Saufacenter.com, sebuah aplikasi yang mempertemukan para pencari kerja dengan orang yang membutuhkan jasa mereka. Dalam aplikasi tersebut, orang antara lain bisa memesan guru privat, arsitek, pendamping lansia, pendamping wisata, tutor pembuatan aplikasi, pelatih tari, konsultan lingkungan, dan pelatih public speaking. Cukup merogoh kocek Rp 30.000 - 40.000 ribu per jam, orang bisa memesan jasa tersebut sesuai kebutuhan.

Mereka dinilai oleh para panelis ternama antara lain,

-Prof. Dr. Emil Salim Dosen Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Indonesia

-Prof. Nila Moeloek Menteri Kesehatan RI

-Prof. Fasli Jalal Guru Besar Pasca Sarjan Universitas Negeri Jakarta

-Tri Mumpuni Pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA)

-Onno W. Purbo Pakar Teknologi Informasi

-Bambang Harymurti Komisaris PT Tempo Inti Media Tbk

-Boy Kelana Soebroto Head of Corporate Communications Division PT Astra Internasional Tbk

-Riza Deliansyah Head of Environment & Social Responsibility Division PT Astra International Tbk

-Nadiem Makarim

Juri Tamu Founder & CEO GO-JEK

Anda juga bisa mendukung mereka dengan memberi suara kepada finalis yang menjadi favorit Anda melalui tautan berikut ini.

Kita tunggu saja siapa yang menerima penghargaan di malam anugerah 9th SATU Indonesia Awards 2018 yang digelar di Jakarta Convention Center pada 26-27 Oktober 2018.

(Adv)

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/news/read/3679525/inilah-12-profil-penerima-apresiasi-astra-9th-satu-indonesia-award-2018-mana-favorit-anda

No comments:

Post a Comment